Selasa, 12 April 2016

Sekilas tentang Kerajaan Bali


 
Kerajaan Bali
Kerajaan Bali terletak pada sebuah Pulau kecil yang tidak jauh dari daerah Jawa Timur. Dalam perkembangan sejarahnya, Bali mempunyai hubungan erat dengan Pulau Jawa. Karena letak pulau itu berdekatan, maka sejak zaman dulu mempunyai hubungan yang erat. Bahkan ketika Kerajaan Majapahit runtuh, banyak rakyat Majapahit yang melarikan diri dan menetap di sana. Sampai sekarang ada kepercayaan bahwa sebagian dari masyarakat Bali dianggap pewaris tradisi Majapahit. Raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Bali :
  • Raja Sri Kesariwarmmadewa
Nama raja ini disebut dalam tiga prasasti yang pertama, Prasasti Belanjong (Sanur) prasasti ini menggunakan dua macam bahasa dan dua macam huruf  yang pertama menggunakan huruf nagari dengan menggunakan bali kuno dan yang kedua menggunakan huruf kawi dengan menggunakan bahasa sansekerta . prasasti yang kedua di temukan di dalam sebuah pura di desa panepahan yang terletak disebelah utara tampaksiring. Namun bagian yang memuat angka tahunnya pecah tetapi dapat dipastika juga dari tahun 835 S. Prasasti yang ketiga di desa malatgede angka tahunnya disebut dengan jelas 835 S. Pada prasasti panempahan dan malatgede menyebut kerajaan sri kesari dengan istilah parhajyan.
Selain keterangan tersebut diatas kita tidak memperoleh keterangan lebih banyak seluk beluk pemerintahan raja Sri Kesariwarmmadewa. Akan tetapi yang mungkin sekali raja sri Kesariwarmadewa merupakan cikal bakal atau pendiri dinasti Warmadewa di Bali.

  • Ugrasena (837 S - 864 S)
Dua tahun sesudah prasasti Sri Kesariwarmadewa di Bali memerintahlah seoran raja yang bernama sang ratu ugrasena pada tahun 837 S sampai dengan 864 S. Masa pemerintahan Ugrasena di dalam prasasti banyak yang berisi tentang pembebasan pajak daerah-daerah tertentu. Disamping itu, ada prasasti yang memberitakan tentang pembangunan tempat-tempat suci. Salah satu prasasti yang terpenting yaitu prasasti Buwunan, isinya tentang perjalanan raja Ugrasena ke Buwunan untuk memberikan beberapa anugrah.

  • Sri Aji Tabanendra Warmmadewa
Ia memerintah bersama dengan permaisurinya yang bernama Sri Subhadrika Warmmadewi (Dharmma Dewi). Didalam prasastinya di sebut tentang “Sang Ratu Sang Siddha Dewata Sang Lumah di air madatu”  perbandingan dengan prasasti lain dapat ditentukan bahwa yang dicandikan di air madatu adalah raja Ugrasena. Ini berarti bahwa raja Tabranendra adalah salah seorang keturunan raja Ugrasena.

  • Jayasingha Warmadewa
Jayasingha Warmadewa naik tahta menggantikan Tabanendra Warmmadewa. Bagaiman keadaan dan pemerintahannya tidak dapat diketahui secara pasti.

  • Janasadhu Warmmadewa
Raja ini memerintah pada tahun 897 S. Tidak ada penjelasan  lain yang diperoleh dari raja ini kecuali tentang anugerah raja kepada desa Julah

  • Sri Maharaja Sri Wijaya Maha Dewi
Pada tahun 905 S muncul seorang raja perempuan bernama Sri Maharaja Sri Wijaya Mahadewa. Menurut  van Stein Callenfels ratu ini mungkin putri dari kerajaan Sriwijaya di Sumatra atau dengan lain perkataan adanya perluasan kekuasaan Sriwijaya ke daerah ini. Pendapat van Stein Callenfels mula-muola didukung oleh Goris, tetapi Damais menduga ratu ini adalah putri Mpu Sendok, Sri Isanatunggawijaya, sesuai dengan pendapat moes. Di dlaam prasasrti itu disebutkan tentang desa air taba yaitusebuah desa yang terletak di sebelah buleleng. Disebut juga nama bukit tunggal yang mungkin daoat disamakan dengan bukit Sinunggal dibagian timur buleleng (Singaraja). Selain itu, dijumoai juga nama-nama jabatan yang lajim di jumpai di dalam prasasti di jawa, tetapi naman-nma itu tidak dikenal di Bali, seperti Mangkudur, Wadihati, dan Pangkaja. Pada masa pemerintahanya tidak ada penjelasan kapan berakirnya ia memerintah.

  • Dharma Udayana Warmmadewa
Setelah masa pemerintahan Sri Wijaya Mahadewi muncul seorang raja yang bernama Dharma Udayana Warmmadewa. Ia memerintah bersama permaisurinya Mahendradatta (Gunapriya Dharmmapadni) yaitu seorang putri dari jawa timur. Menurut J.Lmoens, ada dua toh yang bernama, yaitu Udayana I dan Udayana II. Udayana I memerintah d jawa timur dan kemudian dicandikan dipertitaan (Pemandian) Jalatunda. Udayana II adalah putra Udayan I dan memerintah di Bali. Akan tetapi, sebelum Udayana II kawin denagan Mahendradatta, putri ini telah kawin dengan Dharmawangsa yang melahirkan Airlangga. Dari perkawinan Udayana dan Guna Priya lahir beberapa orang Putra  sala satunya Airlangga. Kemudian Airlangga pergi ke Jawa Timur untuk menikah dengan Putri Dharmawangsa, yang mungkin masih kemenakan ibunya.  Selain Airlangga Udayana masih memiliki dua orang anak lagi yang lebih muda dari Airlangga yaitu, Marakatapangkaja dan anak Wungsu. Udayana memrintah di Bali bersama-sama denga Permaisurinya sampai tahun 923 S. Berdasarkan prasaasti yang diketemukan dapat diduga bahwa Gunapriya Mangkat antara tahun 923 S sampai 933 S, sedangkan Udayana sendri mangkat setelah tahun 933 S.

  • 8Marakatapangkaja
Yang menjadi pengganti Gunapriya dan Udayana sebagai raja Bali adalah Dharmawangsawardhana Marakatapangkaja. Ia memerinta di Bali antar tahun 944 sampai tahun 947 S. Marakatapangkaja dipandang sebagai raja yang adil yang menjadikan  sumber kebenaran hukum yang slalu melindungi nasib seluruh umatnya. Hal ini jelas dari isi prasastinya. Selain itu, marakatapangkaja juga turut mengusahakan pembangunan prasada atau candi di Gunung Kawi (Tampak siring) . 
  • Anak Wungsu
Setelah pemerintahan Marakatapangkaja berakhir, muncul anak wungsu sebagai penggantinya memerintah di Bali. Nama lengkapnya adalah Paduka Haji Anak Wungku. Diantara raja-raja Bali Kuno, anak wungsu kemudian raja kedua yang paling aktif mencata atau mengabadikan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada zamannya. Tidak kurang dari  28 buah prasasti raja Anak Wungsu berhasil ditemukan kembali.

  • 1Sri Maharaja Sri Walaprabhu
Raja ini hanya meninggalkan 3 buah prasasti dan tidak satupun diantara ketiga prasasti itu berangkat tahun. Oleh karena itu, tidak diketahui masa pemerintahan raja ini.

 A. Temuan Arkeologi
1       Candi Mangening, diteliti pada tahun 1982 yang ditemukan ada bilik ccandi dan lingga-yoni, dibawahnya ditemuka pedagingan (sesajen) berupa benda emas,perak,tembaga. Candi ini berlatar belakang agama Hindu. Candi mangening ini terletak tidak jauh dari Pura Mangening dan di dekatnya terdapat sumber air yang disebut Yeh Mangening.
2       Candi Wasan, ditemukan di lingkungan Pura Puseh Wasan. Struktur candi yang masih tersisa adalah kaki candi, ditemukan di Gianyar.
.       Temuan dari kabupaten Buleleng adalah sisa-sisa sebuah stupa dari bata, berdenah oktagonal, diapit oleh dua bangunan stupa perwara.
.       Temuan arkeologi lainnya yaitu Banjar Saradesa, Tampaksiring, Pura pegulingan, Banjar Basangambu, di Gianyar ; Banjar Sakah, dan Sukawati




                          

Tidak ada komentar:

Posting Komentar