Kerajaan Bali
Kerajaan Bali
terletak pada sebuah Pulau kecil yang tidak jauh dari daerah Jawa Timur. Dalam
perkembangan sejarahnya, Bali mempunyai hubungan erat dengan Pulau Jawa. Karena
letak pulau itu berdekatan, maka sejak zaman dulu mempunyai hubungan yang erat.
Bahkan ketika Kerajaan Majapahit runtuh, banyak rakyat Majapahit yang melarikan
diri dan menetap di sana. Sampai sekarang ada kepercayaan bahwa sebagian dari
masyarakat Bali dianggap pewaris tradisi Majapahit. Raja-raja yang pernah
berkuasa di Kerajaan Bali :
- Raja Sri Kesariwarmmadewa
Nama raja ini
disebut dalam tiga prasasti yang pertama, Prasasti Belanjong (Sanur) prasasti
ini menggunakan dua macam bahasa dan dua macam huruf yang pertama menggunakan huruf nagari dengan
menggunakan bali kuno dan yang kedua menggunakan huruf kawi dengan menggunakan
bahasa sansekerta . prasasti yang kedua di temukan di dalam sebuah pura di desa
panepahan yang terletak disebelah utara tampaksiring. Namun bagian yang memuat
angka tahunnya pecah tetapi dapat dipastika juga dari tahun 835 S. Prasasti
yang ketiga di desa malatgede angka tahunnya disebut dengan jelas 835 S. Pada
prasasti panempahan dan malatgede menyebut kerajaan sri kesari dengan istilah
parhajyan.
Selain
keterangan tersebut diatas kita tidak memperoleh keterangan lebih banyak seluk
beluk pemerintahan raja Sri Kesariwarmmadewa. Akan tetapi yang mungkin sekali
raja sri Kesariwarmadewa merupakan cikal bakal atau pendiri dinasti Warmadewa
di Bali.
- Ugrasena (837 S - 864 S)
Dua tahun
sesudah prasasti Sri Kesariwarmadewa di Bali memerintahlah seoran raja yang
bernama sang ratu ugrasena pada tahun 837 S sampai dengan 864 S. Masa
pemerintahan Ugrasena di dalam prasasti banyak yang berisi tentang pembebasan
pajak daerah-daerah tertentu. Disamping itu, ada prasasti yang memberitakan
tentang pembangunan tempat-tempat suci. Salah satu prasasti yang terpenting
yaitu prasasti Buwunan, isinya tentang perjalanan raja Ugrasena ke Buwunan
untuk memberikan beberapa anugrah.
- Sri Aji Tabanendra Warmmadewa
Ia memerintah
bersama dengan permaisurinya yang bernama Sri Subhadrika Warmmadewi (Dharmma
Dewi). Didalam prasastinya di sebut tentang “Sang Ratu Sang Siddha Dewata Sang Lumah di air madatu” perbandingan dengan prasasti lain dapat
ditentukan bahwa yang dicandikan di air madatu adalah raja Ugrasena. Ini
berarti bahwa raja Tabranendra adalah salah seorang keturunan raja Ugrasena.
- Jayasingha Warmadewa
Jayasingha
Warmadewa naik tahta menggantikan Tabanendra Warmmadewa. Bagaiman keadaan dan
pemerintahannya tidak dapat diketahui secara pasti.
- Janasadhu Warmmadewa
Raja ini
memerintah pada tahun 897 S. Tidak ada penjelasan lain yang diperoleh dari raja ini kecuali
tentang anugerah raja kepada desa Julah
- Sri Maharaja Sri Wijaya Maha Dewi
Pada tahun 905 S
muncul seorang raja perempuan bernama Sri Maharaja Sri Wijaya Mahadewa.
Menurut van Stein Callenfels ratu ini
mungkin putri dari kerajaan Sriwijaya di Sumatra atau dengan lain perkataan
adanya perluasan kekuasaan Sriwijaya ke daerah ini. Pendapat van Stein
Callenfels mula-muola didukung oleh Goris, tetapi Damais menduga ratu ini
adalah putri Mpu Sendok, Sri Isanatunggawijaya, sesuai dengan pendapat moes. Di
dlaam prasasrti itu disebutkan tentang desa air taba yaitusebuah desa yang
terletak di sebelah buleleng. Disebut juga nama bukit tunggal yang mungkin
daoat disamakan dengan bukit Sinunggal dibagian timur buleleng (Singaraja).
Selain itu, dijumoai juga nama-nama jabatan yang lajim di jumpai di dalam
prasasti di jawa, tetapi naman-nma itu tidak dikenal di Bali, seperti
Mangkudur, Wadihati, dan Pangkaja. Pada masa pemerintahanya tidak ada
penjelasan kapan berakirnya ia memerintah.
- Dharma Udayana Warmmadewa
Setelah masa
pemerintahan Sri Wijaya Mahadewi muncul seorang raja yang bernama Dharma
Udayana Warmmadewa. Ia memerintah bersama permaisurinya Mahendradatta
(Gunapriya Dharmmapadni) yaitu seorang putri dari jawa timur. Menurut J.Lmoens,
ada dua toh yang bernama, yaitu Udayana I dan Udayana II. Udayana I memerintah
d jawa timur dan kemudian dicandikan dipertitaan (Pemandian) Jalatunda. Udayana
II adalah putra Udayan I dan memerintah di Bali. Akan tetapi, sebelum Udayana
II kawin denagan Mahendradatta, putri ini telah kawin dengan Dharmawangsa yang
melahirkan Airlangga. Dari perkawinan Udayana dan Guna Priya lahir beberapa
orang Putra sala satunya Airlangga.
Kemudian Airlangga pergi ke Jawa Timur untuk menikah dengan Putri Dharmawangsa,
yang mungkin masih kemenakan ibunya.
Selain Airlangga Udayana masih memiliki dua orang anak lagi yang lebih
muda dari Airlangga yaitu, Marakatapangkaja dan anak Wungsu. Udayana memrintah
di Bali bersama-sama denga Permaisurinya sampai tahun 923 S. Berdasarkan
prasaasti yang diketemukan dapat diduga bahwa Gunapriya Mangkat antara tahun
923 S sampai 933 S, sedangkan Udayana sendri mangkat setelah tahun 933 S.
- 8Marakatapangkaja
Yang menjadi
pengganti Gunapriya dan Udayana sebagai raja Bali adalah Dharmawangsawardhana
Marakatapangkaja. Ia memerinta di Bali antar tahun 944 sampai tahun 947 S.
Marakatapangkaja dipandang sebagai raja yang adil yang menjadikan sumber kebenaran hukum yang slalu melindungi
nasib seluruh umatnya. Hal ini jelas dari isi prasastinya. Selain itu,
marakatapangkaja juga turut mengusahakan pembangunan prasada atau candi di
Gunung Kawi (Tampak siring) .
- Anak Wungsu
Setelah
pemerintahan Marakatapangkaja berakhir, muncul anak wungsu sebagai penggantinya
memerintah di Bali. Nama lengkapnya adalah Paduka Haji Anak Wungku. Diantara
raja-raja Bali Kuno, anak wungsu kemudian raja kedua yang paling aktif mencata
atau mengabadikan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada zamannya. Tidak
kurang dari 28 buah prasasti raja Anak
Wungsu berhasil ditemukan kembali.
- 1Sri Maharaja Sri Walaprabhu
Raja ini hanya
meninggalkan 3 buah prasasti dan tidak satupun diantara ketiga prasasti itu
berangkat tahun. Oleh karena itu, tidak diketahui masa pemerintahan raja ini.
A. Temuan Arkeologi
1 Candi
Mangening, diteliti pada tahun 1982 yang ditemukan ada bilik ccandi dan
lingga-yoni, dibawahnya ditemuka pedagingan (sesajen) berupa benda
emas,perak,tembaga. Candi ini berlatar belakang agama Hindu. Candi mangening
ini terletak tidak jauh dari Pura Mangening dan di dekatnya terdapat sumber air
yang disebut Yeh Mangening.
2 Candi
Wasan, ditemukan di lingkungan Pura Puseh Wasan. Struktur candi yang masih
tersisa adalah kaki candi, ditemukan di Gianyar.
. Temuan
dari kabupaten Buleleng adalah sisa-sisa sebuah stupa dari bata, berdenah
oktagonal, diapit oleh dua bangunan stupa perwara.
. Temuan
arkeologi lainnya yaitu Banjar Saradesa, Tampaksiring, Pura pegulingan, Banjar
Basangambu, di Gianyar ; Banjar Sakah, dan Sukawati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar